Sabtu, 29 September 2007

Puasa Puasa Ke Singapura

Hari Ahad malam (23/09/07) sekitar jam 23.30 wita, sang 'putra mahkota' berlari ke kamar saya sambil mengabarkan bahwa " om Said " (baca: Said Amin) mau bicara. Rupanya sahabat Said Amin menelpon ke rumah dan saya pun menerimanya. "wal, aku minta tolong, bisakah temanin ke Singapura" kata Said Amin di ujung telepon. "apa tidak bisa ditunda-setelah lebaran, misalnya ? " tanyaku. Setelah sahabat saya ini menceritakan semuanya tentang "misi" perjalanan ke Singapura, sepertinya saya kehabisan argumentasi untuk menolak ajakan sahabat ini. "terus, kapan berangkatnya ?" kembali saya bertanya. "besok pagi" tandasnya. Allahumma, artinya tinggal beberapa jam lagi. Lantas, karena malas pergi hanya berdua atau bertiga, maka kemudian saya mengajak dua orang sahabat yang saya perkirakan bisa di 'culik' mendadak. Ternyata, benar dugaan saya, kedua sahabat yang lain tadi berhasil pun saya bujuk. Artinya, kami berangkat dengan 7 (tujuh) orang 'pasukan'. Biar perjalanan lebih rame dan seru.

Setelah bersahur, saya pun bersiap-siap mengemasi pakaian seadanya. Sebab jam 6.30 pagi sudah harus start ke Balikpapan (international airport). Jam 6.45 wita, sahabat Ipong sudah menjemput saya di rumah selanjutnya kami berdua menjemput sahabat bang Agus. Kami bertiga meluncur ke Balikpapan, sedang Sahabat Said Amin, H. Sabri, dan Nabiel juga sudah mendahului kami dengan kendaraan yang berbeda.

Cerita mulai menjadi rame. Sahabat Ipong ini biangnya. Dia mulai menggoda kami dengan lontaran-lontaran pertanyaan dan joke-joke yang mengundang tawa. Dia mulai menggoda kami dengan 'fatwa-fatwa' imaginer dia soal puasa. Dia melontarkan pertanyaan " kita kan ini musafir, kata ustadz orang yang musafir (dalam perjalanan) tidak wajib puasa lho, trus kalo kita puasa, apa Tuhan justru tidak menilai sombong ? katanya. " lho kenapa" ? timpal Sahabat bang Agus. " "Ya iyalah...Tuhan kasi kita discount koq kita malah tolak, gimana sih ! " jawabnya dengan tangkas. Saya benar-benar dibuatnya terpingkal-pingkal ketawa. "wah, otak kotor ipong mulai kambuh nih" selahku. Eh, bukannya malah reda, malah dia mengeluarkan permen dari saku jaketnya kemudian menawari ke kami berdua, kalau-kalau mulut kami kering, katanya. Makin parah ini. Memang, kalau soal puasa, sahabat Ipong ini terbilang payah. Sepanjang perjalanan dia terus menggoda kami agar mau membatalkan puasa. Dengan demikian dia pun bisa membatalkan puasanya. Kami ini ingin di justifikasi olehnya. Sampai kami di Balikpapan godaan dia gak mempan.

Sampai di airport, kami bergabung semua dan sambil menunggu 'agen' kami mengurusi tiket perjalanan ke Singapura, kami bertujuh rileks di Blue Sky lounge. Dasar sahabat Ipong yang bawaan puasanya mulai kedodoran, jurus menggodanya dimulai lagi. Memang di lounge itu, aneka makanan dan minuman yang cukup menggoda iman lumayan banyak tersedia. "Hei, bubur ayam, bubur kacang ijo, kolak pisang, dan makanan lain luar biasa lho, perjalanan masih panjang lho, trus ini masih pagi-arttinya buka puasanya masih lama. Sudahlah, kita kan musafir " godanya. "Gak ah, mending baca koran" kataku. "baca koran, sambil makan kolak, wiih tambah sebatang rokok. Lagian baca koran gak bisa bikin kita jadi menteri, tapi makan kolak, wiih " balasnya. Banyangin aja 'akal'nya sahabat Ipong ini. Tanpa terasa kami sudah hampir dua jam duduk di lounge. Tiba-tiba 'agen' kami datang memberitahukan bahwa sebentar lagi boarding. Kami bersiap-siap menuju ruang tunggu. Selang beberapa menit akhirnya kami take off dengan pesawat Silk Air, anak perusahaan Singapore Airlines. Tepatnya Jam 11.05 wita. Penerbangan ke Singapura ditempuh selama 2 jam. Waktu Singapura sama dengan waktu di Balikpapan (wita).

Setelah menempuh perjalanan dua jam, kami pun tiba jam 13.15 wita di Changi International Airport di Singapura. Setelah urusan keimigrasian, kami selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Hyatt Hotel Singapura dengan taxi. Perjalanan ke hotel hanya memakan waktu 30 menit. Mungkin karena berangkat dari Samarinda pagi banget, dan kurang tidur, cukup terasa juga lelahnya. Apalagi sahabat Ipong, pokoknya paling kedodoran. Akhirnya kami bersepakat masuk kamar masing-masing untuk istirahat dan kembali kumpul menjelang buka puasa. Tidur dulu ya (jarang-jarang bisa tidur siang)....to be continue.

Rabu, 12 September 2007

Puasa Dan Sifat Egois Manusia

Baru saja ber-sahur di Ramadhan hari pertama. Baik dalam perspektif teologis maupun sosiologis, puasa memiliki dimensi yang sangat luas--dalam menuntun potensi kemanusiaan menuju kesadaran akan statuta kehambaan manusia. Sejauh mana seseorang bisa sampai pada 'maqom' dalam relasi transendental manusia dengan Tuhannya, akan sangat bergantung pada sejauh mana manusia itu mampu 'mengkanvaskan' sifat kemanusiaannya. Itulah yang sering diistilahkan dengan kata EGO. Ego dalam batas-batas tertentu adalah sangat manusiawi. Karena memang pada setiap jiwa ada sifat ego itu. Sifat tersebut menjadi manusiawi ketika masih berada dalam lingkar orbit egalitarian. Akan menjadi lain, jika sudah sampai pada pemenuhan sifat ego seseorang secara berlebihan, sementara menafikan kewujudan sesama. Secara sosial prilaku ini disebut dengan istilah egois. Suatu sifat mementingkan diri atau kelompok sendiri.

Dalam banyak hal, kerap kita menyaksikan bagaimana seseorang atau sekelompok orang memaksakan kehendak kepentingannya, sementara menafikan yang lainnya. Atau karena kapasitas dan kemampuan seseorang memenuhi kehendaknya kendati tanpa melanggar kehendak lainnya, akan tetapi abai pada tanggung jawab kemanusiaannya kepada sesama. Hal terakhir ini juag menjadi fenomena sosial yang cukup kronis. Seorang dengan mudah menikmati 'hidupnya' sementara kehilangan kepekaan sosial dengan membiarkan yang lain 'meratapi' hidupnya.

Puasa dan segenap amaliyah Ramadhan menjadi momentum yang strategis untuk kembali menakar sejauh mana eskalasi penyakit abai sosial kita. Sekaligus akan menguji tanggungjawab kemanusiaan kita dengan sesama. Oleh karenanya, seruan puasa kepada orang-orang yang beriman dalam Al Qur'an surah Al Baqarah secara bersamaan juga mengindikasikan tanggungjawab sosial dan kemanusiaan seseorang menempati nilai yang sama dalam perspektif tingkat ketaqwaannya. Artinya, Islam menolak sifat mementingkan diri sendiri (egois) sementara menafikan tanggungjawab sosial dan kemanusiaan. Secara derevatif termasuk merasa paling benar sendiri, paling suci sendiri, paling berhak sendiri.

Akhirnya, semoga puasa kita pada Ramadhan ini membawa kita menjadi manusia tawaddhu, menebalkan kepekaan sosial dan kemanusiaan kita. Dibalik segala yang kita miliki ada hak orang lain. Dan Insya Allah, kita termasuk orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Amin ya Robbul 'alamin. SELAMAT BERPUASA. MOHON MAAF LAHIR BATHIN, TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM.


Minggu, 02 September 2007

Event Nasional Taekwondo Indonesia

Sudah sepekan ini Pengda Taekwondo Indonesia Kaltim, lumayan sibuk dari biasanya. Pasalnya, pada tanggal 6 s/d 8 September 2007, Kalimantan Timur menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kejuaraan Nasional Pra PON dan Ambasador Cup II. Sejak tiga hari terakhir, kontingen dari daerah-daerah lain pada berdatangan di Bumi Etam, Kalimantan Timur. Karenanya, sebagai Ketua Pengda Taekwondo Indonesia Kaltim, menjadi ikutan sibuk. Untunglah ada Kapten Asrul Azis (Kasi Pers Korem 091/ASN) selaku wakil ketua Panitia Pelaksana bersama kawan-kawan Taekwondoin serta kawan-kawan perwira dan personil Korem 091/ASN yang sangat gesit dan cekatan mempersiapkan segala sesuatunya berkenan event nasional tersebut.

Event yang renacananya dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Ketua Umum Koni Pusat, Pangkostrad TNI, Letjend Erwin Sudjono (Ketua Umum PBTI), Duta Besar Korea Selatan Untuk Indonesia, Pejabat WTF (World Taekwondo Federation), dan sejumlah tokoh-tokoh nasional akan menambah "heboh" event ini. Kegiatan ini juga akan dimeriahkan dengan atraksi seni beladiri Taekwondo yang secara khusus didatangkan dari Korea.

Dalam sepekan terakhir ini, juga hampir setiap harinya saya melakukan pemantuan langsung latihan atlet-atlet Taekwondo Kaltim yang juga akan bertarung dimatras kejurnas tersebut. Atlet Kaltim yang sudah menjelang 2 (dua) tahun menjalani program PUSLATDA, tampak sudah tidak sabar menunggu hari H kegiatan bergensi itu. Saya puas melihat persiapan anak-anak (sebutan saya pada atlet Taekwondo Kaltim). Dalam kejuaraan sebelumnya (kejuaraan GANESHA) di Bandung belum lama ini, Kaltim menjadi Juara Umum. Bertaekwondo memang dahsyat. Semoga event-nya sukses dan Kaltim menjadi Juara. Amin.