''perjalanan yang paling panjang adalah perjalanan mencari sahabat"
(Abu Hayyan At-Tauhidy)
Entah, siapa pun dia, ketika menjumpai kenyataan penghianatan dari yang namanya sahabat, secara manusiawi perasaan sedih, kecewa, dan kesan seolah tak percaya bahkan pada batas-batas tertentu dan untuk sebagaian orang sulit untuk dinalar. Terlepas dari model dan bentuk penghianatan itu.
Seorang 'sahabat' menceritakan pengalaman bertahun-tahun bersahabat yang kemudian secara dramatis--dihianati. Apakah ini sekali lagi menjadi pembenaran atas adigium bahwa tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi ketika semangat persahabatan itu harus memilih diantara faktor dan domain kepentingan. Kalau saja adigium itu benar, maka betapa semunya relasi kemanusiaan yang akan terbangun. Saya termasuk 'mazhab' yang meragukan sekaligus menolak pernyataan itu. Sebaliknya, masih menyisakan harapan bahwa seiring berjalannya waktu, sahabat yang ideal itu memang ada. Pengalaman 'sahabat' yang dimaksud pada kalimat awal dalam paragraf ini, merupakan bagian dari proses perjalanan mencari sahabat seperti kutipan dari Abu Hayyan At-Tauhidy di atas.
Bahkan sebelum kita menemukannya, mungkin kita sudah terlebih dahulu bisa menjadi sahabat bagi yang lain. Dan kita pun akhirnya menjadi seperti yang dikecualikan Allah dalam Al-Qur'an (43) ayat (67) bahwa ''para sahabat akrab, pada hari kemudian saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertaqwa".
Terakhir, diluar pengalaman 'sahabat' dihianati diatas, mungkin juga kita masih dalam proses perjalanan panjang itu. Sementara disana, mereka juga sedang dalam perjalanan mencari dan menemukan kita.
Wallahu a'lam bisshawab.
Seorang 'sahabat' menceritakan pengalaman bertahun-tahun bersahabat yang kemudian secara dramatis--dihianati. Apakah ini sekali lagi menjadi pembenaran atas adigium bahwa tidak ada persahabatan yang abadi, apalagi ketika semangat persahabatan itu harus memilih diantara faktor dan domain kepentingan. Kalau saja adigium itu benar, maka betapa semunya relasi kemanusiaan yang akan terbangun. Saya termasuk 'mazhab' yang meragukan sekaligus menolak pernyataan itu. Sebaliknya, masih menyisakan harapan bahwa seiring berjalannya waktu, sahabat yang ideal itu memang ada. Pengalaman 'sahabat' yang dimaksud pada kalimat awal dalam paragraf ini, merupakan bagian dari proses perjalanan mencari sahabat seperti kutipan dari Abu Hayyan At-Tauhidy di atas.
Bahkan sebelum kita menemukannya, mungkin kita sudah terlebih dahulu bisa menjadi sahabat bagi yang lain. Dan kita pun akhirnya menjadi seperti yang dikecualikan Allah dalam Al-Qur'an (43) ayat (67) bahwa ''para sahabat akrab, pada hari kemudian saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertaqwa".
Terakhir, diluar pengalaman 'sahabat' dihianati diatas, mungkin juga kita masih dalam proses perjalanan panjang itu. Sementara disana, mereka juga sedang dalam perjalanan mencari dan menemukan kita.
Wallahu a'lam bisshawab.